Jumat, 30 Oktober 2015

Maskulin vs Feminin


Masculinity versus Feminity (Maskulin lawan Feminin) atau Quantity of Life versus Quality of Life (Kuantitas Hidup lawan Kualitas Hidup). Jika nilai yang dominan di dalam suatu masyarakat adalah maskulin maka menunjukkan ketegasan, semangat memiliki uang dan barang, dan tidak peduli pada pihak lain, kualitas hidup atau masyarakat. Sebaliknya, Kualitas Hidup menunjukkan masyarakat yang memberikan nilai terhadap hubungan (relationships), menunjukkan kesensitifannya, dan perhatian terhadap kesejahteraan pihak lain. Selain itu Tingkat maskulinitas adalah kecenderungan dalam masyarakat akan prestasi, kepahlawanan, ketegasan, dan keberhasilan materiil. Feminitas berarti kecenderungan akan kesederhanaan, perhatian pada yang lemah, dan kualitas hidup. Adapula yang menyebutkan dimensi kebudayaan menunjukkan bahwa tiap masyarakat terdapat peran yang berbeda-beda tergantung jenis kelamin para anggotanya. Pada masyarakat maskulin, menganggap pria harus lebih berambisi, suka bersaing, dan berani menyatakan pendapatnya, dan cenderung berusaha mencapai keberhasilan material. Dalam masyarakat feminin, kaum pria diharapkan untuk lebih memperhatikan kualitas kehidupan dibandingkan dengan keberhasilan materialitas. Lebih jauh dijelaskan bahwa masyarakat dari sudut pandang maskulinitas adalah masyarakat yang lebih menggambarkan sifat kelaki-lakian, sedangkan masyarakat femininitas lebih menggambarkan sifat kewanitaan.

Negara Maskulin : Jepang
Berdasarkan survey hofstede (1991: 28) ternyata Jepang menjadi negara yang paling
maskulin sedangkan Swedia sebaliknya, paling feminin. Jepang adalah negara paling maskulin yang sangat cocok untuk iklim bisnis yang kompetisi efisien.  Di Jepang rangking tertinggi oleh karakterisitik lelaki, perempuan hanya menguasai 5%. Pada zaman dahulu, terlihat dari pria yang dari zaman ke zaman sifat maskulinitasnya. Seperti :
·         Zaman Perang (Sengoku Jidai)
            Pria hidup sesuai ajaran Bushido, yang mementingkan kehormatan nama dibanding nyawa sendiri dan tidak dikotori oleh uang.
  Zaman Meiji
            Pria mementingkan negara kekaisaran (Tenka Kokka) dibanding diri sendiri.
  Zaman Perang  Dunia II
            Pria maskulin adalah yang kuat menahan diri/sabar; pendiam,  sedikit bicara banyak bekerja, dan menahan perasaan, terutama menahan rasa pedih dan gembira.
  Sesudah Perang Dunia II sampai Bubble Economy Era
            Pria maskulin adalah yang  bekerja keras , intelek, dan mendahulukan logika.
  Zaman Modern (tahun 1990-an)
            Pria ideal adalah  yang  rajin menabung (memiliki kekuatan ekonomi), memikirkan masa depan, bekerja dengan baik (pekerja keras yang berpenghasilan kecil tidak dianggap seperti pria jantan) .
Negara Feminin : Swedia
Sebagai perbandingan yang paling maskulin adalah Jepang dan yang paling feminin adalah Swedia. Pantaslah Swedia adalah negara dengan tingkat kekerasan terhadap perempuan yang paling kecil di dunia. Hal positif dari masing-masing perbedaan budaya ini adalah, pada budaya Maskulin maka orang pada budaya tersebut cocok untuk produksi massal, efisiensi, dan industri berat. Sementara pada budaya Feminin cocok untuk industri pelayanan pribadi, produksi yang bisa disesuaikan dengan kebutuhan pelanggan, dan pertanian. Di Swedia memiliki rangking tertinggi kategori feminine-Hofstede, perempuan menguasai 41% posisi legislatif.
Pendekatan Terhadap Bisnis Jepang
            Pendekatan bisnis di negara Jepang sangat efisien dikarenakan sifat maskulin negara tersebut yang cenderung kuat, berambisi, suka bersaing, berani mengemukakan pendapat, dan berusaha menggapai kebutuhan material akan memperkuat bisnis yang terjadi di Jepang. Daya saing yang terjadi di Jepang akan semakin tinggi dan semakin sulit sehingga negara lain pun harus menyaingi Jepang untuk bisa unggul dalam bisnis. Sifat maskulin yang lebih mengedepankan gender laki-laki di negaranya memang menguntungkan karena sifat-sifat kuat, keras, penuh ambisi, berani bersaing, dll seperti itu akan membawa negara mereka sebagai negara yang maju dalam sektor bisnis.
Pendekatan Terhadap Bisnis Swedia

            Masyarakat di Swedia dinilai bersifat feminin, artinya perempuan-perempuan di Swedia ingin disamakan derajatnya dengan para lelaki. Ingin disejajarkan dengan laki-laki. Ingin tetap bekerja setelah menikah, dan bahkan ada yang bekerja di bagian pemerintahan sebagai anggota legislatif. Dalam bisnis, perempuan yang menonjolkan sifat yang penuh perasaan, perhatian, berbuat dengan halus itu akan memperkecil kemungkinan bisnis tersebut bisa maju. Karena daya saing yang harus mereka lalui itu sangat berat. Apalagi bersaing di pasar ekonomi global, bersaing dengan negara lain. Dalam bisnis tertentu, bisa saja masyarakat feminin ini unggul untuk beberapa pekerjaan seperti: pelayanan pribadi, kebutuhan pelanggan, pertanian, dll. Namun untuk bersaing dengan negara Jepang yang mayoritas masyarakat maskulin akan sangat sulit melampaui atau menyeimbangkan dalam sektor bisnis dengan mereka. 

3 komentar:

  1. Immortal Casino - Shootercasino.com
    Immortal Casino is an award winning online casino 1xbet that gives players the chance to test 제왕카지노 your luck and win big. Register for 바카라 the free spins, a welcome bonus and

    BalasHapus