Masculinity
versus Feminity (Maskulin lawan Feminin) atau Quantity of Life versus Quality
of Life (Kuantitas Hidup lawan Kualitas Hidup). Jika nilai yang dominan di
dalam suatu masyarakat adalah maskulin maka menunjukkan ketegasan, semangat
memiliki uang dan barang, dan tidak peduli pada pihak lain, kualitas hidup atau
masyarakat. Sebaliknya, Kualitas Hidup menunjukkan masyarakat yang memberikan
nilai terhadap hubungan (relationships), menunjukkan kesensitifannya, dan
perhatian terhadap kesejahteraan pihak lain. Selain itu Tingkat maskulinitas adalah kecenderungan
dalam masyarakat akan prestasi, kepahlawanan, ketegasan, dan
keberhasilan materiil. Feminitas berarti kecenderungan akan kesederhanaan, perhatian pada yang
lemah, dan kualitas hidup. Adapula yang menyebutkan dimensi kebudayaan menunjukkan
bahwa tiap masyarakat terdapat peran yang berbeda-beda tergantung jenis kelamin
para anggotanya. Pada masyarakat maskulin, menganggap pria harus lebih
berambisi, suka bersaing, dan berani menyatakan pendapatnya, dan cenderung
berusaha mencapai keberhasilan material. Dalam masyarakat feminin, kaum pria
diharapkan untuk lebih memperhatikan kualitas kehidupan dibandingkan dengan
keberhasilan materialitas. Lebih jauh dijelaskan bahwa masyarakat dari sudut
pandang maskulinitas adalah masyarakat yang lebih menggambarkan sifat
kelaki-lakian, sedangkan masyarakat femininitas lebih menggambarkan sifat
kewanitaan.
Negara Maskulin : Jepang
Berdasarkan survey hofstede (1991: 28)
ternyata Jepang menjadi negara yang paling
maskulin sedangkan Swedia sebaliknya, paling feminin. Jepang adalah negara
paling maskulin yang sangat cocok untuk iklim bisnis yang kompetisi efisien. Di Jepang rangking tertinggi oleh
karakterisitik lelaki, perempuan hanya menguasai 5%. Pada zaman dahulu,
terlihat dari pria yang dari zaman ke zaman sifat maskulinitasnya. Seperti :
·
Zaman Perang (Sengoku
Jidai)
Pria hidup sesuai ajaran
Bushido, yang mementingkan kehormatan nama dibanding nyawa sendiri dan tidak
dikotori oleh uang.
Zaman Meiji
Pria mementingkan negara
kekaisaran (Tenka Kokka) dibanding diri sendiri.
Zaman Perang Dunia II
Pria maskulin adalah yang
kuat menahan diri/sabar; pendiam,
sedikit bicara banyak bekerja, dan menahan perasaan, terutama menahan
rasa pedih dan gembira.
Sesudah Perang Dunia II sampai Bubble Economy Era
Pria
maskulin adalah yang bekerja keras ,
intelek, dan mendahulukan logika.
Zaman Modern (tahun 1990-an)
Pria ideal
adalah yang rajin menabung (memiliki kekuatan ekonomi),
memikirkan masa depan, bekerja dengan baik (pekerja keras yang berpenghasilan
kecil tidak dianggap seperti pria jantan) .
Negara
Feminin : Swedia
Sebagai
perbandingan yang paling maskulin adalah Jepang dan yang paling feminin adalah Swedia. Pantaslah Swedia
adalah negara dengan tingkat kekerasan terhadap perempuan yang paling kecil di
dunia. Hal positif dari masing-masing perbedaan budaya ini adalah, pada budaya Maskulin maka orang pada budaya tersebut cocok untuk produksi massal,
efisiensi, dan industri berat. Sementara pada budaya Feminin cocok untuk
industri pelayanan pribadi, produksi yang bisa disesuaikan dengan kebutuhan
pelanggan, dan pertanian. Di Swedia memiliki rangking tertinggi
kategori feminine-Hofstede, perempuan menguasai 41% posisi legislatif.
Pendekatan Terhadap Bisnis Jepang
Pendekatan bisnis di negara Jepang sangat efisien
dikarenakan sifat maskulin negara tersebut yang cenderung kuat, berambisi, suka
bersaing, berani mengemukakan pendapat, dan berusaha menggapai kebutuhan
material akan memperkuat bisnis yang terjadi di Jepang. Daya saing yang terjadi
di Jepang akan semakin tinggi dan semakin sulit sehingga negara lain pun harus
menyaingi Jepang untuk bisa unggul dalam bisnis. Sifat maskulin yang lebih
mengedepankan gender laki-laki di negaranya memang menguntungkan karena
sifat-sifat kuat, keras, penuh ambisi, berani bersaing, dll seperti itu akan
membawa negara mereka sebagai negara yang maju dalam sektor bisnis.
Pendekatan Terhadap Bisnis Swedia
Masyarakat di Swedia dinilai bersifat feminin, artinya
perempuan-perempuan di Swedia ingin disamakan derajatnya dengan para lelaki.
Ingin disejajarkan dengan laki-laki. Ingin tetap bekerja setelah menikah, dan
bahkan ada yang bekerja di bagian pemerintahan sebagai anggota legislatif.
Dalam bisnis, perempuan yang menonjolkan sifat yang penuh perasaan, perhatian,
berbuat dengan halus itu akan memperkecil kemungkinan bisnis tersebut bisa maju.
Karena daya saing yang harus mereka lalui itu sangat berat. Apalagi bersaing di
pasar ekonomi global, bersaing dengan negara lain. Dalam bisnis tertentu, bisa
saja masyarakat feminin ini unggul untuk beberapa pekerjaan seperti: pelayanan
pribadi, kebutuhan pelanggan, pertanian, dll. Namun untuk bersaing dengan
negara Jepang yang mayoritas masyarakat maskulin akan sangat sulit melampaui
atau menyeimbangkan dalam sektor bisnis dengan mereka.
namamu mengganggu sekali cyg:)
BalasHapusThx.
HapusImmortal Casino - Shootercasino.com
BalasHapusImmortal Casino is an award winning online casino 1xbet that gives players the chance to test 제왕카지노 your luck and win big. Register for 바카라 the free spins, a welcome bonus and